Minggu, 26 Desember 2010

Indonesia dikalahkan oleh Media di Indonesia sendiri

Kekalahan telak Indonesia atas Malaysia 3-0 di kandang Malaysia kalau boleh saya berpendapat sebenarnya tidak lepas juga dari peran media di Indonesia. Sepanjang penyisihan grup A, Indonesia meraih hasil sempurna dengan tiga kali kemenangan, pertanyaannya apakah Indonesia bermain sangat baik ?  Saya yang menonton semua pertandingan Indonesia di penyisihan baik langsung ke stadion atau lewat layar televisi berpendapat tidak. 
Dalam beberapakali kesempatan diskusi dengan teman-teman, saya selalu mengatakan permainan Indonesia masih banyak kekurangan, gol-gol yang tercipta lebih banyak karena kesalahan lawan yang dapat dimanfaatkan dengan baik pemain-pemain Indonesia, dan saya selalu mengatakan keberuntunganlah yang membawa Indonesia terus menang. Terus terang, saya sering mengkritik Firman Utina yang selalu terburu-buru mengangkat bola ke depan, maksudnya memberi umpan lambung ke striker-striker Indonesia, tapi hasilnya sia-sia karena bola lebih sering keluar atau lebih dekat pemain lawan. Tentu berbeda jauh jika membandingkan Indonesia dengan Spanyol saat piala Dunia dan Firman dengan Xavi. Spanyol dan Xavi memang bermain bagus sehingga layak menjadi favorit saat itu.
Rupanya pendapat saya ini jauh berbeda dengan yang diberitakan media, khususnya media elektronik. Dalam rangkaian beritanya media menggambarkan sedemikian sempurnanya permainan Indonesia, sehingga yang muncul euforia berlebihan dari masyarakat dan makin panjanglah cerita-cerita tentang pemain timnas di luar permainan sepakbola di lapangan, mulai dari kehidupan pribadi pemain yang dibahas, wawancara pemain yang tidak habis-habisnya, kegiatan timnas di luar latihan seperti kunjungan ke tokoh partai politik, kegiatan sosial istighosah, bahkan latihan timnaspun di tontonan ratusan orang. Meskipun sering dikatakan semua itu tidak mempengaruhi konsentrasi dan persiapan timnas menjelang pertandingan, tapi saya yakin secara psikis pemain ada yang tertekan dan mungkin juga ada yang menjadi jumawa karena merasa sudah menjadi bintang karena selalu dikerubuti wartawan ataupun fans.
Sebenarnya dalam hati kecil saya ada keinginan agar timnas Indonesia tidak menang terus menerus, khususnya saat pertandingan melawan Thailand di penyisihan. Karena sebenarnya kekalahan bisa menyadarkan untuk tidak percaya diri berlebihan yang akhirnya merugikan diri sendiri, seperti yang di alami Spanyol saat Piala Dunia 2010, kekalahan dari Swiss di partai penyisihan bisa meredam percaya diri yang berlebihan. Memang akhirnya kekalahan itu datang juga meskipun justru terjadi di partai final dengan kekalahan yang telak pula. Tapi paling tidak ini bisa menyadarkan kita semua, pemain, pelatih, supporter, pengamat, pengurus PSSI dan tentunya media bahwa timnas Indonesia masih jauh dari sempurna dan berilah kesempatan timnas untuk berkonsentrasi dalam pertandingan jangan lagi di ganggu dengan kegiatan di luar itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar