Tidak lama lagi Piala AFF 2010 akan menggelar partai puncak antara Indonesia vs Malaysia, mampukah Indonesia mengulangi kemenangan besar 5-1 atas Malaysia atau sebaliknya Malaysia justru bisa membalas kekalahan di babak penyisihan. Dalam sepakbola di kenal istilah bola itu bundar, karena itu tidak mudah memprediksi hasil akhir sebuah pertandingan apalagi sampai skor akhirnya.
Malaysia sejak kekalahan dari Indonesia di babak penyisihan berkembang cukup baik, mereka menahan imbang Thailand yang mempunyai organisasi permainan bagus, mengalahkan Laos untuk memastikan tiket ke semifinal dan di Semifinal mengalahkan Vietnam di Kuala Lumpur serta menahan imbang di Hanoi. Saya tidak mengikuti secara detail perjalanan Malaysia sampai ke Final, tapi yang jelas sejak kekalahan dari Indonesia, pertahanan mereka menjadi lebih kuat, terbukti mereka hanya kebobolan 1 gol dan barisan penyerang mereka juga sangat berbahaya. Pemain Malaysia sebagian besar masih berusia muda di bawah 23 tahun dan konon hanya 4 orang yang berusia di atas 23 tahun, di sisi ini bisa menjadi kekuatan sekaligus kelemahan Malaysia.
Perjalanan Indonesia setelah kemenangan atas Malaysia juga cukup konsisten, mereka selalu bisa mencetak gol dan menghasilkan kemenangan atas lawan-lawannya, dari segi permainan Indonesia memang naik turun tapi cenderung stabil dan saya sangat puas saat melihat permainan Indonesia melawan Philipina di semifinal leg ke-2 khususnya di babak pertama. Dari sisi teknis dan permainan mungkin Indonesia lebih berpengalaman karena pemainnya terdiri dari pemain senior dan pemain baru yang di arsiteki pelatih bagus Alfred Riedl. Dari sisi teknis ini saya masih mengunggulkan Indonesia untuk memenangkan pertandingan.
Hanya saja saya cenderung khawatir dengan aspek nonteknis yang berkembang di Indonesia. Sorotan media massa dan supporter sedemikian besar yang sangat berharap saat inilah momen terbaik untuk mencapai kejayaan, tidak salah memang, tapi euforia ini sebaiknya memang tidak berkembang menjadi hal yang merugikan, misalnya beban untuk pemain atau cacian jelek ke pemain atau timnas jika suatu saat bermain jelek atau kalah. Kedua mungkin liputan media yang cenderung mulai mengarah ke hal-hal di luar permainan sepakbola, seperti kehidupan pribadi pemain..kecenderungan ini bisa mengarahkan pemain menjadi selebriti dadakan (tidak salah sich) karena memang pemain kan selebriti lapangan hijau J. Yang saya khawatirkan pemain menjadi besarkepala dan jumawa karena merasa sudah menjadi bintang terkenal, ini yang di kambinghitam kan media di Singapura atas kegagalan timnas Singapura lolos ke babak semifinal Piala AFF, media di Singapura mengganggap pemain-pemain yang berlaga di liga Indonesia yang menjadi penyebab kegagalan timnas, karena mereka sudah merasa menjadi bintang dan tidak bermain ngotot karena takut cedera. Maklum saja liputan media yang luas di Indonesia dan supporter yang banyak membuat pemain liga Indonesia yang bermain bagus cepat terkenal dan menjadi mendapat liputan luas (Koran, televisi dan fans yang antri tandatangan hehehe). Untung saja pelatih Indonesia Alfred Riedl cukup tegas dan melihat kecenderungan ini, ia menerapkan aturan untuk membatasi pemain untuk berinteraksi dengan media dan supporter, saya sangat setuju karena memang seharusnya konsentrasi pemain saat ini untuk permainan di lapangan bukan di luar itu.
Sampai di sini saya cukup senang dengan aturan yang di terapkan pelatih untuk membatasi pengaruh nonteknis terhadap pemain, tapi kemudian saya agak kaget ketika rombongan timnas (pemain dan official) melakukan acara ke kediaman salah satu ketua partai politik dan acara doa bersama di salah satu pesantren, dan tampaknya ini di luar kendali pelatih Alfred Riedl. Saya hanya khawatir euforia timnas ini dimanfaatkan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu dan mengganggu konsentrasi tim, sebenarnya saya tidak peduli kalau timnas di bawa ke acara tokoh partai A, partai B, partai C atau untuk kegiatan sosial ini dan itu..tapi apa tidak sebaiknya itu dilakukan setelah semua pagelaran Piala AFF ini selesai dan lebih elok lagi kalau Indonesia yang memenangkan kejuaraan ini tentunya, karena saya sebagai penggemar sepakbola nasional hanya ingin menikmati permainan bagus operan dari kaki ke kaki, gol-gol indah, perjuangan pemain memenang pertandingan di lapangan..dan saya yakin semua itu bisa dilakukan jika pemain dan pelatih bisa berkonsentrasi penuh dalam permainan, tidak terganggu dengan hal-hal di luar itu.
Semoga ini hanya kekhawatiran seorang penikmat permainan bola…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar